15 November 2010

CASE STUDY


Oleh : MASKURI
PETA BUTA
Saat itu aku mengajar IPS kelas enam pada pokok bahasan MENGENAL NEGARA-NEGARA tetangga. Saya menggunakan peta dinding sedangkan siswa menggunakan atlas sebagai alat peraga.
Pada pembelajaran tersebut saya mengharapkan siswa dapat menemutunjukkan negara-negara tetangga di Asia tenggara dan siswa dapat menyebutkan 10 negara di asia tenggara.
Langkah yang saya tempuh dalam pembelajaran tersebut adalah siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, peta dinding saya pasang di depan kelas dan siswa bersama kelompoknya membuka atlas yang mereka buka. Sebagai langkah berikutnya saya menyebutkan nama negara berturut-turut Malaysia, Singapura, Brunai sedangkan siswa mencari  negara tersebut di atlas, setelah mereka menemukan siswa maju untuk menunjuk negara pada peta dinding yang ada di depan kelas. Hal tersebut saya  lakukan sampai semua negara di Asia Tenggara telah ditunjuk oleh siswa. Setelah saya anggap sudah paham siswa saya suruh untuk menyebutkan nama negara di Asia Tenggara.
Setelah itu peta dinding saya ganti dengan peta buta, sedangkan atlas yang dibawa siswa untuk sementara ditutup. Selanjutnya siswa disuruh maju untuk memberi tanda pada masing-masing negara.
Dari sekian anak ternyata masih ada yang belum bisa menunjuk negara dengan benar kira-kira 25%. Dari hasil pengamatan tersebut saya menganggap pembelajaran yang saya lakukan tidak berhasil, sehingga perlu diperbaiki.
Dari pengalaman tersebut saya bertanya pada diri saya sendiri “Apa yang salah dalam pembelajaran saya?” Dimana letak kesalahan saya?. Mungkinkah alat peraga saya yang salah atau kurang menarik?.
Pada akhirnya saya menyimpulkan bahwa menggunakan alat peraga seperti di atas tidak efektif.